Jumat, 13 Maret 2009

Seutas Kata Romantis

"Seangan Warna Senja Menyapa, Bersambut Musim Yang Dijalani, Semegah Bintang Penuh Harapan, Mencoba Tuk Terangi Dalam Gelapnya Malam, Ungkapanku Untuknya, Untuk Seorang Sahabatku yang Ku Sayang Dan Yang Kurindukan, Perasaannya Terasa Indah, Menggugah Rasa Tuk Slalu Bersamanya, Senyumnya Menghantarkan Jiwaku Meresap Indah Dalam Alunan Syair Lagu"

Sabtu, 07 Maret 2009

Kata Mutiara


>>  “CINTA” Bukan hanya sebuah kata!
Bukan hanya belaian,peluk,dan ciuman mesra!
Namun ketahuilah…
“CINTA”yang sebenarnya adalah Sebuah kasih dan sayang yang tiada pernah habis!!!!
Seperti Layaknya SAMUDRA yang tak pernah surut.
Seperti air terjun yang tak kenal lelah menuangkan percikan air unttuk menyejukkan Bumi dan menyuburkan rerumputan yang kekeringan

Namun kau tau,Semua itu takkan ada BALASAN!!!!!!

 

>>  kadang2 cinta membuat kita menjadi bosan,,,,

tetapi cinta adalah obat yang paling manjur
menuntuk yembukan segala penyakit,,,,,,

cintailah kekasimu untuk selamanya,
tetapi hanya TUHAN yang dapat memberikan cintanya
selama hidup dan matimu,,,

dan cinta akan menjadi buta jika kamu tdk tau menjalankannya

>>   " TIADA HIDUP TANPA KEGAGALAN ,KEKALAHAN , DAN KEJATUHAN............ 

AIR SUNGAI MENUJU LAUT MELEWATI JALAN YANG BERLIKU...... 

BERDIRILAH TEGAK KEMBALI............................. 

JANGAN MEMANDANG KE BELAKANG , MASA LALU TELAH BERLALU.................... 

HIDUP BERJALAN TERUS............................ 

LANGIT YANG ABADI TETAP TIDAK BERUBAH DAN HIDUP BAGAIKAN BENTUKAN GERAKAN AWAN DI ANGKASA YANG SELALU BERUBAH-UBAH TIDAK MEMILIKI KETETAPAN DAN TIDAK ABADI . 

>>  Izinkan aku berdoa 
Bukan agar terhindar dari bahaya melainkan agar aku tiada takut menghadapinya 

Izinkan aku memohon 
Bukan agar penderitaanku hilang melainkan agar hatiku teguh menghadapinya 

Izinkan aku tidak mencari sekutu dalam medan perjuangan hidupku 
melainkan memperoleh kekuatanku sendiri 

Izinkan aku tidak mengidamkan dalam ketakutan dan kegelisahan untuk diselamatkan 
melainkan harapan akan kesabaran untuk memenangkan kebebasanku 

Berkati aku sehingga aku tidak menjadi pengecut dengan merasakan kemurahanMu dalam keberhasilanku semata, 
melainkan biarkan aku menemukan genggaman tanganMu dalam kegagalanku

We don't read and write poetry because it's cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion. And medicine, law, business, engineering, these are noble pursuits and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love, these are what we stay alive for.
Professor Keating (Robin Williams) in 'Dead Poet's Society' 

Kita tidak membaca dan menulis puisi karena itu sangat imut. Kita membaca dan menulis puisi karena kita adalah bagian dari umat manusia. Dan umat manusia dipenuhi oleh gairah. Dan pengobatan, hukum, bisnis, tekhnik, adalah pengejaran yang mulia dan diperlukan untuk menopang kehidupan. Namun puisi, keindahan, romans, CINTA, adalah apa yang membuat kita tetap HIDUP

. Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

. Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan.


Renungan Cinta

Cinta adalah "ANUGERAH" yang seharusnya kita jaga "KESUCIANNYA". Bukan malah sebaliknya, Cinta BUKANLAH sebuah "CITA - CITA atau "ANGAN - ANGAN belaka yang hanya untuk kesenangan dan menikmati keindahan yang ada di dalamnya. Namun Cinta harus disikapi dengan rasa yang sesungguhnya dari dalam hati dan perasaan, bukan dengan dasar kesenangan BELAKA. Alangkah indahnya bila Cinta timbul dari rasa hati yang sangat dalam dan memiliki ikatan yang sama satu sama lain. Jangan dengan mengorbankan Cinta hanya untuk mencari SENSASI dan KESOMBONGAN DIRI. Sungguh besar ANUGERAH ALLAH yang diberikan kepada kita. JANGAN sekali - kali engkau membuat ALLAH "MARAH" dengan perlakuan kita yang mempermainkan CINTA. Jika diantara kita masih ada yang belum memiliki "PACAR/ PASANGAN HIDUP" maka bersabarlah, kelak CINTA itu datang dengan SENDIRINYA. 

Kamis, 05 Maret 2009

Perjuangan Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari ciptaannya yang lain. Manusia dilahirkan ke dunia bertujuan untuk meneruskan hukuman yang di sebabkan oleh "BAPAK dan IBU" mereka sendiri yaitu "ADAM dan HAWA". Mereka telah membuat sebuah kesalahan "BESAR" dalam hidupnya di SURGA yaitu dengan mengambil dan memakan buah yang seharusnya tidak boleh dimakan yaitu "BUAH KULDI". Sebab mereka telah di bujuk oleh setan untuk melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Oleh karena itu mereka dihukum oleh ALLAH dengan menurunkan mereka dari SURGA ke BUMI yang sebetulnya adalah rumah mereka yang sebenarnya. Godaan IBLIS tidak akan berhenti walaupun mereka sudah dihukum oleh ALLAH dengan diturunkan ke BUMI. Sekarang tinggal anak manusialah yang harus meneruskan hukuman dari ALLAH terhadap AYAH dan IBUnya. Manusia berpikir untuk memperjuangkan hidupnya untuk menafkahi diri serta istri dan kedua anaknya dari segala bentuk cobaan atau rintangan yang secara bertubi-tubi yang datang dari ALLAH. Sekarang tinggal bagaimana mereka memperjuangkan hidupnya demi mengemban hukuman dari ORANG TUA mereka yang pertama. Memang berat hidup hanya untuk mengemban hukuman yang seharusnya tidak mereka lakukan, namun ALLAH telah menentukan mana yang buruk atau baik yang dikerjakan oleh anak manusia.

LANGKAH MENYIKAPINYA :


Kebetulan pengajian yang hadir saat ini adalah ibu-ibu, bukan berarti yang mengasuh anak adalah kewajiban ibu semata, tapi juga bapak. Bahkan di dalam Al Quran banyak merekam bahwa kewajiban mendidik anak justru dari bapak. Seperti kisah Luqmanul hakim dalam Surat Luqman.

Sebenarnya anak adalah dambaan semua makhluk, bukan hanya manusia. Itu sebabnya salah satu firman Allah :

“Aku tidak perlu bersumpah dengan negeri kota Mekkah, dan aku tidak perlu bersumpah menyangkut ayah dan anak”. Ini menunjukkan suatu naluri bahwa semua makhluk hidup mendambakan keturunan untuk melanjutkan jenisnya.

Karena anak adalah dambaan, maka semua makhluk hidup menggantungkan harapan pada sang anak. Kalau pada manusia, kita menginginkan anak kita menjadi anak yang sholeh, dan bahkan lebih dari sholeh yaitu sebagai qurrota a’yun (penyejuk mata).

Ini dilukiskan QS. Al-A’raaf:189 :


“Dia yang telah menciptakan kamu pasangan dari jenis yang sama (jenis manusia), sewaktu sang suami menyentuhnya/menyelubunginya (kata halus dari hubungan seks), isterinya hamil, kandungannya masih ringan, maka berlalulah hari-hari sampai menjadi berat. Maka ketika itu, keduanya (si ibu dan bapak) berdoa, ya Allah jika Engkau jadikan anak ini anak yang shaleh, sempurna jasmani dan rohani, maka kami akan bersyukur”.

Disebutkan di ayat yang lain “Juga mereka diliputi rasa ragu dan diselimuti kecemasan serta harapan.”

Itu semua terjadi karena kita sangat mendambakan anak.

Dalam membesarkan dan mendidik anak, maka perlu digarisbawahi bahwa 2 faktor yang nantinya akan membentuk anak itu dan mempengaruhi perkembangan jiwa dan jasmaninya :

  1. Faktor keturunan. Sering kita mendengar komentar “Anak itu mirip bapak atau ibunya”. Karena itu jika ingin mendapatkan anak yang baik, maka pilih pasangan yang baik. Nabi sudah ingatkan : “Pilih-pilihlah tempat kamu menempatkan benihmu”, kenapa? karena ada faktor gen yang akan menurun kepada anak.

  2. Faktor pendidikan. Jangan menduga pendidikan ini hanya bisa dimulai saat bayi sudah bisa bicara. Yang benar adalah pendidikan dimulai sejak pertemuan sperma dan ovum.

Saya (pak quraish) ingin menggambarkan bahwa jiwa itu sangat mempengaruhi sebuah aktifitas atau pekerjaan. Contoh, ibu-ibu akan berbeda masak untuk suami dengan masak untuk tamu. Kira-kira mana yang lebih bagus? Buat tamu biasanya lebih bagus. Kenapa? Karena jiwa berupa perhatian ibu kepada tamu menjadikan ibu-ibu sangat berhati-hati dalam memilih bahan dan resep. Menjahit untuk pakaian ke pesta dan menjahit untuk pakaian tidur, akan berbeda. Itu disebabkan kondisi kejiwaan yang berbeda saat membuat dua jenis pakaian tersebut.

Maka demikian pulalah, jika berhubungan seks dalam rangka mempertemukan sperma dan ovum, ketika awal pembentukan anak, sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan ibu dan bapaknya. Jika hubungan seks dilakukan dalam keadaan takut, maka anaknya dapat menjadi penakut. Maka agama mengajarkan agar melakukan hubungan seks harus dalam suasana keagaamaan, baca doa, agar anak itu membawa benih yang baik dan jiwa yang sehat dan kuat.

Ibu dan bapak juga sangat berperan besar dalam kesempurnaan kelahiran anak tersebut. Itu sebabnya dalam AlQuran, ketika Allah berbicara tentang penciptaan Adam dimana tidak ada bapak dan ibunya, maka Allah berfirman dengan kata “Khalaqtu” (Aku ciptakan) dalam firman Allah “Hai iblis, apa yang menghalangi kamu terhadap apa yang Aku ciptakan ?”. Allah gunakan kata “Aku” dalam penciptaan Adam, tidak ada yang terlibat kecuali Allah semata.

Tetapi sewaktu reproduksi anak manusia, Allah berfiirman “Laqad khalaqnal insaana fiii ahsani taqwim”. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Kenapa menggunakan kata “Kami” ? Karena ibu dan bapak terlibat dalam hal penciptaan anak. Oleh karena itu mendidik anak adalah dari sejak pertemuan sperma dan ovum.

Anak yang lahir sudah dapat merasakan kasih sayang ibu bapaknya. Anak yang telah lahir seminggu sudah dapat tertawa, mengapa? Itu bukan karena dia sudah dapat melihat ibu bapaknya, melainkan dia sudah merasakan kasih sayang ibu bapaknya. Itu sebabnya bayi yang butapun dapat tertawa, karena dia sudah punya perasaan. Ini seringkali tidak kita sadari dan akibatnya kita salah didik anak sejak kecil.

Jaman nabi, ada anak digendong oleh nabi, tiba-tiba anaknya pipis, kemudian direnggut anak tersebut oleh ibunya. Apakah anaknya tidak memiliki perasaan ketika itu? Pasti. Karena itu, Nabi menegur, “Hai ibu, pipisnya ini dapat dibersihkan dengan air, tetapi hatinya yang luka, siapa yang bisa membersihkannya?”.

Sebagian besar dari kompleks-kompleks kejiwaan (rasa minder dsb) disebabkan adalah perlakuan orang tua atau lingkungan sekitarnya ketika orang tersebut masih kecil.

Dalam mendidik anak bukan hanya kewajiban ibu. Kita lihat dalam AlQuran, bagaimana Luqman mendidik anaknya. Luqman adalah seorang bapak.

Kita kupas dan lihat lagi ayat AlQuraan ditujukan pada suami :

“Isteri-isteri kamu adalah ladang buat kamu”. Jadi suaminya adalah petani. Ayat ini menyatakan, bahwa yang menentukan jenis kelamin adalah bapak. Betul memang Allah yang menentukan tapi Allah tentukan jenis kelamin anak melalui satu sistem, yaitu melalui bapak/laki-laki.

Laki-laki membawa kromosom XY, perempuan membawa kromosom XX. Kalau bertemu kemudian menghasilkan XY, maka akan menghasilkan anak laki-laki, tapi kalau menghasilkan pertemuan XX, maka akan menghasilkan anak perempuan. Jadi yang menentukan jenis kelamin anak adalah bapak. Keliru jika ada bapak-bapak yang mengatakan belum mendapatkan anak laki-laki atau anak perempuan, maka dia akan kawin lagi. Keliru pendapat ini, karena penentuan jenis kelamin bukan kesalahan ibunya melainkan kesalahan bapaknya sendiri.

Karena bapak sebagai petani, maka kalau mau tomat, ya tanam tomat. Jika ingin apel maka tanam apel. Jangan marah jika ingin apel tapi jadinya tomat karena yang ditanam tomat.

Tapi pengertian “ladang bagi kamu” tidak hanya sampai disitu. Petani jika sudah menanam benih apakah lantas dia tinggalkan/biarkan saja ladang dan benih tersebut? Tentu tidak, petani akan memelihara, merawat, menyiram benih dan ladang tersebut. Jika ada hama, dia bersihkan. Dia pupuk ladangnya agar tetap subur. Apabila benih tersebut sudah tumbuh dan berbuah maka sang petani tetap memelihara tumbuhan tersebut. Begitulah seharusnya mendidik anak bagi para laki-laki yang diibaratkan sebagai petani dan isteri-isterinya sebagai ladang.

Sang petani pula ketika menanam benih, berharap semoga dia tidak salah menanamnya di batu karang, tapi di tanah yang subur, mendapatkan sinar matahari yang cukup, dan sebagainya. Begitu pula dengan benih sperma, semoga sang ayah tidak salah menanamnya di tempat yang tidak subur, mendapatkan sinar lingkungan yang baik, cukup makanan dan pakaian yang akan menumbuhkannya. Begitulah cara mendidik anak sejak penanaman benih dilakukan.

Watak manusia sebagian besar lahir dari pengalaman-pengalamannya, pendidikan dan pembiasaannya semenjak kecil. Seringkali kita lihat orang tua tidak membiasakan anaknya sejak kecil kepada kebaikan. Oleh karena itu, Nabi bersabda, “Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya agar bisa berbakti kepadanya”. Maksudnya adalah orang tua menerima dan mengabulkan apa yang mudah bagi sang anak, tidak membebani anak dengan beban yang berat, seperti tidak menyuruh sholat tahajud, puasa sunnah karena anak masih kecil.

Lalu orang tua tidak menghinanya, “dasar bodoh, masa rangking 10″. Kalau anak dimaki, kita mengajar kepadanya bagaimana memaki. Kalau anak dihina, kita membentuk kepribadian anak rendah diri.

Cinta kepada anak bukan menjadikan anak itu seperti kita. Cinta itu adalah hubungan dua “aku”, jadi harus berbeda. Cinta itu mendidik anak sesuai dengan kepribadian dan bawaannya. Anak secara fisik bisa sama dengan bapak ibunya, tapi jangan paksa anak menjadi bapak ibunya dari segi tabiat dan pendidikannya. Anak saya (pak Quraish) tidak ada yang ingin menjadi kyai seperti saya. Saya tidak bisa memaksa. Tapi saya bisa mendidik mereka dengan didikan agama, sehingga jika mereka menjadi musisi maka dapat menjadi musisi yang agamawan. Karena itu, sang anak bisa mencintai saya, dan sayapun dapat mencintainya, karena cinta itu adalah hubungan dua “aku”.

Kira-kira umur berapa mendidik anak dengan memasukkan nilai-nilai agama seperti mengajarkan sholat?Mendidik anak itu sejak janin seperti yang sudah disebutkan di atas, tapi tidak secara langsung. Mendidik anak bisa melalui perasaan kita, melalui lingkungan, melalui kasih sayang yang mengalir dari kita kepadanya, sehingga melahirkan kasih sayang dia kepada ibunya. Begitu dia lahir, sedikit demi sedikit, kita didik dia sesuai perkembangan otaknya/pikirannya. Memang pada awal-awal anak itu menyerap pendidikan melalui matanya daripada melalui otaknya. Jadi dia dapat diberi contoh-contoh oleh orang tuanya.

Sebagai contoh tentang sholat, dia bisa diberi contoh bagaimana sholat dengan mengikuti ibu bapaknya, namun dia belum bisa diberi keterangan bahwa sholat itu wajib karena dia belum mengerti. Nanti setelah dia dewasa menurut hadits Nabi, “Perintahkanlah sholat ketika anakmu berusia 7 tahun”. Karena anak tersebut sudah dapat mengerti tentang suatu kewajiban menginjak usia tersebut.

Mengajar sabar kepada anak, bisa dilakukan ketika anak berusia 1 tahun. Sekarang ada lembaga-lembaga pendidikan yang menerapkan pendidikan anak usia 3-4 bulan melalui contoh. Seperti jika seorang anak sangat menginginkan mainannya, diajaknya untuk bersabar.

Betul, dalam janin dapat didik melalui diperdengarkan kepadanya musik atau mengaji dari ibunya, karena itu pula anak yang lahir maka diperdengarkan pertama kali dengan adzan dan qomat. Boleh jadi anak tersebut belum mengerti apa yang dia dengar tapi bayi atau janin tersebut sudah memiliki perasaan. Karena salah satu alat untuk menangkap pengetahuan adalah perasaan.

Saya punya anak umur 9 tahun, ketika saya suruh anak untuk sholat shubuh masih susah untuk membangunkan dia. Apa yang harus saya lakukan padanya?

Kita lihat dulu pembiasaan di lingkungan dalam rumahnya. Tidur adalah pembiasaan. Jika sang anak melihat kondisi pembiasaan orang tuanya bangun siang, maka dia otomatis terbiasa bangun siang. Jika orang tua terbiasa tidur larut malam, maka sang anak akan belajar untuk tidur larut malam.

Atau walaupun orang tuanya terbiasa bangun jam 3.30 WIB malam untuk tahajud, tapi kalau sampai memaksa anak yang masih kecil untuk selalu bangun saat itu, dan terasa berat bagi sang anak, maka itu dapat membuat anak menjadi terbebani. Biarlah anak itu tidur yang terpenting anak kita sholat wajib. Allah merahmati seorang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya. Kalau terus dipaksa bangun maka bisa dimungkinkan anak itu berani berbohong, dia akan berani berkata sudah sholat tapi tidur kembali, padahal dia belum sholat.

Situasi anak kita sudah berbeda dengan kondisi kita dahulu. Maka mendidik mereka harus sesuai dengan kondisi generasinya saat ini dan yang akan datang. Orang tua dituntut untuk banyak mengerti kondisi anak. Selama tidak melanggar agama, maka orang tua seharusnya mendukung sang anak, walaupun itu bertentangan dengan keinginan orang tua, seperti cita-cita sang anak. Mendidik anak bukan membentuk anak seperti kita melainkan membentuk mereka dengan tabiat untuk kesiapan masa depannya, dan sesuai dengan kondisi generasinya.

“Ajarlah anak-anakmu, bukan dalam keadaan yang serupa denganmu”, kata Ali bin Abi Thalib.

Dosakah apabila keras sedikit untuk anak ketika anak tersebut tidak mengikuti perintah agama? Kadang timbul rasa bosan karena harus terus menerus mengingatkan pada sang anak?

Kita harus bersahabat dengan anak. Kita harus menjadi bagian anaknya. Ada anak yang jika dimarahi dia menjauh, ketika dibujuk dia mendekat. Kenalilah mereka. Kalau kita bersahabat, dia akan mencurahkan isi hatinya. Kalau kita bersahabat pada mereka, maka kita akan menuntun dia dan dia dengan rela akan mengikuti tuntunan tersebut. Ada anak yang tidak perlu dimarahi, tapi ada pula anak yang perlu dimarahi.

Jangan bosan, karena kalau tidak sabar akan merugi seperti disebutkan dalam surat Al-Ashr, “Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran”.

Lingkungan seperti media massa saat ini banyak menayangkan tayangan yang belum pantas, bagaimana menyikapi hal ini agar anak kita menjadi anak yang sholeh? Bagaimana bila mengumandangkan adzan pada saat anak kita lahir dengan menggunakan kaset?

Disinilah kita harus pandai-pandai memilih bacaan dan tayangan untuk mereka. Kalaupun sulit untuk itu, maka ketika melihat tayangan televisi anak harus didampingi oleh orang tuanya. Kalaupun ini masih sulit, setidaknya ada pengawasan.

Tentang kaset yang diperdengarkan kepada bayi, kalau sewaktu-waktu memperdengarkan melalui kaset tidaklah mengapa, seperti diperdengarkan kaset-kaset pengajian. Tapi kalau bisa adzan/mengaji dengan suara sendiri alangkah lebih bagus.

Kesimpulan :
  1. Jangan sampai terlambat dalam mendidik anak, sehingga orang lain atau lingkungan yang akan membentuknya. Kita tidak tahu dan tidak bisa mengontrol secara langsung bagaimana jika mereka yang mendidik anak kita.

  2. Mendidik anak bukan hanya tugas ibu, tapi tugas bapak pula. Tidak benar jika anaknya nakal maka yang salah hanya ibunya, tapi juga bapaknya.

  3. Banyak sekali pembentukan kepribadian seseorang itu adalah pada masa kecil dan pertumbuhannya. Mendidik anak di waktu kecil seperti mengukir di batu, mendidik anak di waktu besar seperti mengukir di air. Kalau baik pendidikannya di masa kecil, maka insya Allah akan baik sampai dia dewasa.